Cinta Permen Karet

Ceritanya dimulai dari cinta yang membuatku merasa nyaman, membuatku merasa utuh. Dia yang selalu ada disini, caranya membuatku tertawa karenanya. Aku menyayangi sosoknya selama setahun belakangan yang aku harapkan untuk selamanya. Aku merasa bangga memilikinya. 'Dia yang mencintaimu, akan bangga mengenalkanmu kepada teman, keluarga, dan menggandengmu di depan umum', demikianlah kalimat yang sering aku dapat di media sosial yang cocok untuk menggambarkan sosoknya. Aku rasa kita sudah ditakdirkan bersama. Lahir dari 3 bersaudara, dan mempunyai orang tua yang tidak harmonis lagi. Aku rindu waktu-waktu dimana kita bertukar pikiran bersama untuk saling mengisi pikiran tentang pendapat yang kadang menjadi ego. Sampai akhirnya kita berdebat untuk menentukan siapa yang  lebih benar, tapi tidak jarang dia membiarkanku menang dalam egoku. Membuat kita tertawa lepas menertawai pendapat kita masing-masing.

Badai yang besar pasti ditemui dalam luasnya samudra untuk mencapai pulau terpencil yang indah dan dibilang surga dunia. Aku dan dia sudah tegar melewati badai yang datang berpasang-pasangan. Tapi entah kenapa, angin laut yang sangat dingin datang membuat pikiranku beku. Tidak ada yang mencairkannya. Sampai aku kembali hanyut dalam bekunya es. Masalah yang datang tidak besar membuat kami hancur. Kami runtuh. Tidak ada yang saling menolong untuk membalikkan pasangannya. Derai air mata banjir dalam penyesalan terdalamku. Tuhan, sucikan pikiranku saat aku sedang dalam kemarahan, dan berikan cahaya untuk menuju jawaban yang benar.

Tapi semua terlambat. Penyesalan hanyalah kata yang diucap setelah semua terjadi. Tidak ada waktu yang berulang, demikianlah. Aku merasa bagian tubuhku dicuri. Aku merasa tidak lengkap lagi. Jika aku diizinkan membuat satu permintaan. Aku akan memilih tidak bisa marah. Kemarahan membuat orang baik menjadi jahat. Sebuah surga di depan mata menjadi kecambuk yang membuat hati giris  untuk mengenangnya.

Aku tidak bisa menjauhinya. Aku jatuh terlalu dalam dan terlalu lama. Membuatku nyaman berada dalam keadaanku. Tapi semuanya hilang begitu saja karena amarah. Entah bagaimana aku harus melanjutkan ceritanya. Aku dan dia tidak bisa saling jauh. Kita tetap bersama, menjalani semuanya seakan tidak terjadi apa-apa. Menggenggam tangannya seperti bukan tangannya, ada zat yang mengatakan bahwa dia sudah bukan milikku. Aku tidak suka bagian itu. Tapi aku nyaman dengannya. Apakah nantinya akan ditarik ulur cintaku ini. Apakah yang dia rasakan. Aku ingin semuanya jelas. Bukan seperti permen karet, ditarik, diulur, dikunyah, dipamerkan dan setelah bosan, dibuang..

Dia bukan sosok seperti itu dan aku tahu. Tapi aku yang mencoret hatinya dengan keegoisan bisa jadi alasan dari ini semua. Entah sampai kapan ini semua berjalan tanpa kejelasan. Yang jelas tidak ada keyakinan untuk kembali. Waktulah yang akan menjawab. Apakah dia akan menemukan sosok penggantiku, dan apakah dia nyaman dalam hubungan abu-abu ini..

Aku menyayangimu..

SHARE

Unknown

• 
• 
• 
• 
•