Renungan (1) #TrueStory

Renungan (1) #TrueStory

Dirimu pecundang yang sedang mengeluh kesah tentang kehidupanmu yang jauh lebih indah dibanding orang lain. Jika kau membunuh dirimu karna menganggap masalahmu sangatlah berat, maka orang yang jauh punya masalah dibandingmu akan menertawakanmu begitu saja yang menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan. Kau akan mengerti betapa kaya dan betapa kau bahagia saat melihat orang jalanan yang makan dengan krupuk juga memiliki orang tua yang tidak jelas keberadaannya. 

Dua hari lalu aku pulang menggunakan angkutan umum seperti biasa. Berpapasan dengan orang yang tidak aku kenal dengan biasa. Mungkin itu menjadi hal yang luar biasa untuk beberapa orang yang biasa diantar jemput oleh sopir pribadi menggunakan mobil ber-AC nyaman. Tapi sungguh, jika kau mengerti bahwa hidup dilingkungan masyarakat akan membuatmu belajar banyak hal tentang kehidupan orang lain dan merasakan bahwa hidupmu lebih indah, dan banyak mengintrospeksi dirimu sendiri.

Angkutan yang aku tumpangi berjalan seperti wajarnya, sampai 10km menuju rumahku. Artinya, ada 4km lagi yang harus ditempuh. Aku yang awalnya duduk dibelakang, maju ke kursi depan,sehingga posisiku sekarang berada membelakangi sopir, membuatku lebih mudah menyerahkan ongkos ketika aku turun di depan rumah. Angkutan yang aku tumpangi berhenti sejenak dan mengangkut dua ibu-ibu bersama 3 anak mereka. Salah satu anak itu berkata sesuatu kepada seorang ibu yang kebetulan duduk tepat disampingku. Aku tidak tahu apa yang dikatakannya, tapi dia kembali mengucapkan sesuatu dan menunjuk ke arahku, seakan dia bertanya tentang keberadaanku. Aku mencoba memahaminya, dan satu hal yang aku tau bahwa aku tidaklah memiliki gangguan pendengaran, tetapi kelainan terhadap anak tersebut memanglah membuatnya sulit berbicara. Aku menoleh kepada ibu yang berada disampingku, dan eye kontak pun terjadi. 

Aku sedikit terbiasa dengan keadaan ini karena memang bukan sekali ini saja aku bertemu orang yang kurang sempurna fisik. Angkutan pun kembali berhenti, dan sepertinya aku mengenali seseorang yang diangkut kendaraan ini. Benar saja, dia orang yang pernah membuatku jatuh dari motor saat SD. Dia bersama ibunya naik angkutan di bagian depan dekat sopir. 
"Kamu SMP apa sudah SMA?", tiba-tiba sopir menanyakan sesuatu kepada orang disebelahnya itu. 
"SMA ini, tapi ya begitu", ibunya membalas
"Ndak apa-apa, daripada tidak sekolah"
"Bisa nyanyi apa nggak", canda sopir. Ibunya hanya tertawa
"Udah bisa baca tapi belum bisa nulis"
"Nggak papa, yang penting ada ilmunya sedikit-sedikit", bela sang sopir
"Maksudnya ya begitu", kalimat ibunya mengakhiri percakapan. 

Aku dan ibu disampingku jelas jelas mendengar percakapan itu. Dan kami mengerti arti kalimat percakapan itu. Ditambah gelagat 'idiot' yang ada padanya. Sehingga aku dan ibu disampingku seakan berada dalam drama yang bertema menyadarkan betapa sempurnanya kondisi kita sebagai manusia tanpa kekurangan apa pun. Secara tidak sengaja aku menatap ibu disampingku, dan ibu itu juga menatapku. Aku pun tersenyum kecil padanya, dan dia membalas demikian seakan ada pesan yang dikatakannya bahwa anak-anak yang memiliki kekurangan psikis tersebut sungguh luar biasa. 

Dan betapa kaya-nya dirimu sekarang.

SHARE

Unknown

• 
• 
• 
• 
•